Rabu, 02 September 2009


Amarah menjamah darah
Engkau diam, murung dikurung tempurung
Separah apa aku berlari
Sama menghinakan diri sebelum menemukan nadi
Engkau menolak kata,
mencekam menerka suasana
Lupa akan malu, padahal terasa sendu
Darinya, aku bersembunyi, hinggap di ujung duri
dan menemukan makna, menyudahi resah
berbaris-baris
biarkan tangis seperti gerimis

Rabu, 20 Mei 2009

kejenuhan seperti kemarahan, ada di sorot mata, di jalan darah, dan diam......biarkan aku berdosa lagi, memakiMU semampuku....di tiang pedih dari bara, aku tak kan lagi murung, seringaiku adalah tanya yang tlah kujawab dengan dosa, karna jawabMU adalah diam serupa beku....
akU MARAH TUHAN...tapi Kau hanya diam
Layaknya dosa, aku akan mengembara di hampar semesta
meLantunkan Puisi,seiring Nadi,seNaif Birahi ketika pagi..
aku marah Tuhan, tapi Kau hanya diam....

sAmPai LelaH di tiTik paLinG LeMaH


Sampai lelah di titik paling lemah
Ketika dosa dan pahala
Kanya nilai dengan batas tipis
Ada celah tak panjang
Kanakala aku meronta, mengagungkan marah
Manakala hidup menyerupai
Bilur-bilur ironi yang membosankan

alam menjadi begitu bermakna ketika kita memberinya makna

alam menjadi begitu bermakna ketika kita memberinya makna
tu eres mi vida

bunga keabadian

bunga keabadian
jika keharusan menemuimu adalah ironi, maka biar kulukis kau serupa mawar...indah tapi fana..